"SANGGAR SAREH BUDOYO"
Kergan Rt 03 Rw 11 Tirtomulyo Kretek Bantul Yogyakarta
Kode Pos : 55772
Telp : (0274) 6460325

Hand Phone : 08156302495
Email :
Tardalang@yahoo.com

Tuesday, April 21, 2009

Negara Jadi Taruhan

Ki Taryono, Dalang Ruwat Bantul Jogjakarta:

“NEGARA JADI TARUHAN JUDI”

Betapa pun optimisnya sementara pihak terhadap Pemilu 2009, faktanya masyarakat resah oleh banyaknya calon legislatif yang tidak mumpuni. Banyak caleg tidak punya kapabilitas, kompetensi dan integritas. Diam-diam, money politik lalu dilakukan. Bak judi dadu Pandawa dan Kurawa, negara menjadi taruhannya.

POSMO-Sebelum kampanye damai jelang pileg 2009 dimulai, masyarakat sudah jauh hari mengetahui banyak calon legislatif dari berbagai partai melalui gambar-gambar atau baliho. Di antara banyak calon legislatif yang bermunculan, ada banyak caleg wajah baru. Ironisnya, sedikit saja caleg wajah baru itu yang dikenal masyarakat sebagai kapabel, kompeten dan berintegritas tinggi terhadap kesejahteraan bangsa dan negara. Sebaliknya, masyarakat dibuat resah oleh kemunculan caleg wajah baru yang sungguh sebelumnya tak pernah terlibat sama sekali dalam tata pemerintahan di tingkat dusun sekali pun. Bahkan, banyak caleg hanya berpendidikan menengah.

Beban target Pemilu 2009 dan pola pemilihan sekarang yang mendasarkan kekuatan partai pada keberhasilan para caleg-nya, membuat partai memunculkan banyak caleg. Sementara, jumlah partai sekarang jauh lebih banyak dari jumlah partai di zaman Pak Harto. Kebutuhan akan caleg pun meningkat. Ironisnya, SDM yang tersedia tidak mencukupi.. Alhasil, banyak partai asal comot orang untuk dijadikan caleg. Kompetensi dan kapabilitas bukan lagi syarat utama. Terpenting orang itu memiliki banyak massa. Jadilah, tak sedikit partai terpaksa mengambil caleg dari kalangan preman yang memang seringkali justru memiliki banyak teman atau massa.

Sebagaimana preman yang identik dengan Kurawa, tabiatnya suka berjudi untuk mendapatkan keuntungan dengan mudah tanpa kerja keras. Semangat menjagokan diri sebagai caleg pun lalu bukan soal perjuangan ideologi atau konsep membangun negeri. Melainkan sekedar untung-untungan. Persis sama dengan prinsip judi. Caleg yang demikian kemudian membagi-bagikan uang (money politic) sebagai modal taruhan. Jika menang, uang itu akan bisa dikembalikan dengan berbagai kuasa seorang anggota dewan. Kalau pun kalah, kekecewaan tak lebih dari sekedar kehilangan uang. Benarkah demikian?

Pandawa-Kurawa

Ki Taryono, Dalang Ruwat di Bantul-Jogjakarta kepada posmo mengatakan, pileg dengan cara-cara money politic bukan sekedar pertaruhan harta. Melainkan, nasib bangsa dan negara. Ibarat judi dadu antara Pandawa dan Kurawa, perjudian itu bukan hanya menimbulkan prahara politik saja. Tetapi, juga dendam kesumat Dewi Drupadi yang kehormatannya nyaris pula menjadi taruhan. Dalam lakon wayang, jelasnya, terbukti sifat Kurawa tak pernah bisa berubah. Selalu menggunakan cara-cara licik untuk meraih kekuasaan. Seperti itu pula sebenarnya isi jagat ini. “Ada Kurawa dan ada Pandawa”, kata dalang sepuh yang sudah mendalang sejak di bangku kelas IV SD, 1951 silam.

Dalam lakon wayang, sambung Ki Taryono, konflik antara Pandawa dan Kurawa berlangsung abadi. Sampai kemudian terjadi perang baratayudha yang mengakhiri segala konflik Pandawa dan Kurawa. Sejatinya, dalam perang maha besar itu semua kubu kehilangan negaranya. Kemenangan sejati hanya diperoleh Yudisthira. Kemenangan hakiki menuju Sang Khalik.

Apakah, bangsa ini akan bernasib sama dengan yang terjadi dalam lakon wayang?
Ki Taryono tak berani memastikan. Dengan kelembutan Jawa-nya, Ki Taryono hanya mengatakan, dibutuhkan panggraita batin lebih dalam untuk mengupas fenomena pileg 2009 ini.


Jika melihat jauh ke dalam realitas sosial-politik sekarang, gambaran Pandawa dan Kurawa memang terlihat jelas. Ada caleg yang benar-benar ingin merubah keadaan dengan semangat clean government dan menjauhi money politic. Ada pula caleg yang tak lagi punya rasa malu terhadap kekurang-layakan dirinya sendiri. Apakah ini pertanda perang baratayudha sebagaimana lakon wayang benar akan terjadi? Ki Taryono tak berani menjawab. KOKO T.

Sumber :http://derapkaki.multiply.com/journal
Tabloid Posmo Yogyakarta, Membuka Mata Hati

No comments: